Demam K-Pop memang sangat
luar biasa dampaknya terhadap perkembangan industri hiburan di Indonesia.
Sangking luar biasanya, aliran musik, gaya berpakaian, dan semua ke-khas-an para artis korea tersebut mulai jadi panutan, tidak hanya masyarakat tapi juga selebritis tanah air.
Hello, sebegitu bangga atau rendahnya bangsa kita seperti tidak punya ciri khas sendiri.
Saya secara pribadi memberi apresiasi tinggi kepada Korea
yang sukses dengan Industri K-Popnya. Saya sendiri adalah salah satu penyuka musik, film dan bahasa Korea, tapi tidak fanatik tuh.
Jika membahas tentang K-Pop, yang langsung muncul di benak saya adalah Boyband Super Junior. Secara, Boyband yang berjuta-juta fans nya diseluruh dunia tersebut (lebay) akan mengadakan konser Super Show 4 (SS4) di Indonesia. Konser Suju yang pertama kali dilaksanakan di Indonesia ini berlangsung
selama tiga hari berturut-turut. Mulai tanggal 27 - 29 April
2012 di Mata Elang International Stadium (MEIS), Jakarta Utara.
Namun ada satu hal yang membuat saya
miris atas kedatangan Suju ke Jakarta, sambutan ELF (Sebutan Fans Suju)
yang begitu luar biasa sehingga menimbulkan kesan betapa buruknya
mental anak-anak muda yang menyebut dirinya ELF. Mereka para ELF yang
muncul di TV rela menangis hiperbola saat antri tiket sambil marah-marah karena kehabisa tiket dengan cacian yang tidak perlu.
Bayangkan, mereka menangis seperti orang yang baru saja terkena musibah kebakaran (kebakaran jenggot). Selain saat antri tiket, saat Suju
keluar dari Bandara melewati pintu rahasia, banyak sekali
para ELF kembali muncul di TV menangis berlinangan air mata seperti orang yang tidak lulus Ujian Nasional. Sambil membawa poster Suju para ELF meronta karena tidak
bisa melihat dari dekat idolanya tersebut.
Pertanyaannya, segitukah mental
anak-anak muda yang ada di negeri ini, mereka lebih memilih menagis
karena tidak bisa bertemu dengan idolanya. Mereka menangis bukan karena
prihatin melihat anak-anak jalanan yang miskin tapi menangisi idolanya
yang kaya raya. Mereka para ELF lebih memilih mengoleksi pernak-pernik
idolanya hingga keluar negeri dari pada mengoleksi buku-buku yang
menjadi jendela dunia. Mereka ELF tersebut lebih memilih mengafalkan
nama dan wajah para personil Suju dari pada mengafal para tokoh-tokoh
teladan yang banyak berada di Indonesia. Bisa dibayangkan, betapa sakit hatinya para remaja yang mati-matian berpeluh ria mencari biaya sekolah mereka, lalu melihat rekan-rekannya dengan segenap jiwa dan raga membeli dan mengantri tiket konser seharga minimal hampir 1 juta.
Mengidolakan seseorang merupakan hal yang wajar dan manusiawi, tetapi jangan berlebihan sampai
harus menagis meronta sampai segugukan. Meskipun saya adalah anak muda yang jujur tidak punya idola seorang artis manapun. Kalau penikmat musik tentu banyak, Korea juga salah satunya. Jika dibilang kamseupay karena tidak mengikuti trend, tidak masalah karena ini berbicara masalah selera. Trend atau Up to date tentang K-Pop boleh dan itu sah-sah saja tapi jangan sampai alay luar biasa sehingga kita tidak terkesan seperti bangsa yang BODOH yang terlalu sibuk mengidolakan dan menggandrungi tokoh bangsa lain sementara banyak tokoh bangsa sendiri yang patut diteladanai.
Apakah anak muda kita telah dijajah dengan Budaya "Gaul" (-)?
"Janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan"
(Q.S. Al An'am:141)
